CAWET

Assalaamu ‘alaikum wr.wb.

Selamat sore warga….

Sebelumnya saya minta duit yang sebanyak-banyaknya karena judul postingan kali ini agak sedikit vulgar, “CAWET” alias celana dalam. Nah, biar ndak penasaran cawetnya mau diapain atau cawetnya seperti apa, yuuk langsung saja kita ke Te Ka Pe… Cekidot!

Begini ceritanya….

Pada suatu siang yang indah, Kemplu (untuk kepentingan tagihan utang, nama saya samarkan) naik angkutan pedesaan/koprades guna membeli beras (kalau di desa saya, istilahnya adalah nempur).

Ya dasar Kemplu, seharusnya-lah sih belinya tadi pagi. Namun gara-gara kesiangan, akhirnya Kemplu nempur pada siang harinya.

“Asem… Gara-gara main gaple sama geng Bodhol!” Begitu gumam kemplu dalam hati.

Semalam Kemplu memang pulang agak pagi. Seperti biasa, sebagai warga yang baik hati setiap malam Minggu-nya dia ronda bersama beberapa temannya yang biasa ia sebut sebagai geng Bodhol. Namun tak seperti malam-malam biasanya, ronda semalam mereka merasa sangat asyik main gaplenya. Akibatnya mereka pulang agak pagi. Padahal biasanya jam 10 saja mereka sudah pulang. Hah? Ronda kok jam 10 pulang? *Maaf, itu bukan urusan saya!

Kembali ke dalam koprades….. Saking panasnya cuaca, butiran demi butiran keringat keluar dari tubuh Kemplu yang bau menyan itu. Apalagi di dalam koprades penuh sesak dengan penumpang. Baik penumpang yang hidup semisal Kemplu, maupun penumpang yang mati semacam beras, sayuran, rinjing, cething,centhong dan barang-barang keperluan lainnya yang biasa digunakan oleh orang-orang di desa.

Saking banyaknya keringat, maka secara sigap si Kemplu mengusap keringat-keringat yang bercucuran di badannya itu.

Namun apa yang terjadi saudar-saudara?

Tiba-tiba saja seluruh manusia yang ada di dalam koprades tertawa dengan kerasnya. Si Kemplu pun jadi bingung… What happen? 

“Kemplu…. Kemplu… Mbok ya kalau mau ngusap keringat pakai sapu tangan! Jangan pakai itu……!”

“Apa” Kemplu balik bertanya….

Oalaah… Ternyata yang dipakai buat ngusap keringatnya si Kemplu bukanlah sapu tangan, akan tetapi CAWET alias celana dalam…

Si Kemplu baru sadar, tadi ketika berangkat mau nempur dia memang tergesa-gesa. Ya maklumlah, kesiangan. Saking tergesa-gesanya dia, bukan sapu tangan yang dia sambar lalu dimasukkan ke saku celana, akan tetapi cawet yang dia ambil. Mending cawet baru. lah ini…. cawet yang sudah usang… Bolong-bolong lagi… Bagaimana tidak diketawain? Hahahaha….

Tapi Kemplu ya Kemplu… Dibalik raut mukanya yang blo-on dan ndak karu-karuan itu, sebenarnyalah Kemplu adalah jenis manusia yang cerdas dengan nilai IQ di atas 15. (?) Maka dengan spontan dan penuh wibawa, si Kemplu bilang begini :

“Ah, dasar manusia dari negeri embuh… Ya beginilah hasil didikan dari sekolah dan tontonan yang menjemukan di negeri ini!”

“Apa maksudmu Plu?” Kali in sang sopir bertanya kepada Kemplu.

“Ya beginilah keadaan secara umum masyarakat kita…. Selalu saja menilai sesuatu dari luarnya saja.. Selalu menilai sesuatu dari yang nampak saja! Ini memang cawet, tapi ini kan adalah juga kain…. Jadi bisa dong aku gunakan untuk mengelap keringatku ini? Iya kan? Apanya yang lucu?”

“Kamu memang gemblung Plu! Sekolah dimana dulu?” Begitu seloroh yu Tukijem, wanita tua yang sudah puluhan tahun dengan setia menjual jamu gendongnya.

Tapi bener juga ya si Kemplu. Rata-rata manusia disini kalau menilai sesuatu terkadang memang dari luarnya saja.

Sangat hormat dan kagum pada orang kaya yang parlente, tutur bahasanya sopan, rajin kasih sumbangan…. Akan tetapi, dia adalah koruptor dan tukang selingkuh! Nah lho…

Sedangkan orang yang urakan, miskin, ngomongnya kasar, sering kali dinilai dengan nilai 3 atau 4, padahal dia adalah orang yang baik.

Sekian cawet dari saya… MANA CAWETMU?

Wassalam…

8 comments found

  1. Makanya kalau minum marimas jangan terlalu banyak…haha

    Sebentar mas…marimas itu nama minuman atau nama orang? soalnya tetangga saya ada yang namanya Marimas dan di panggilannya Nyi imas…hehe

  2. Mau diganti kopi Vietnam, takut ada si-Ani dan si-ida-nya bang 🙂

    Itu kalimat ajakn bang…. Mariiii mas…. masukin hati aku dong…
    nah gitu contoh kalimatnya… mueheheee

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.