INI DIA, SALAH SATU SURGA BELANJA DI DAERAH PANTURA

Wuzzz…. wuzzz…. Dengan kekuatan datang bulan, saya datang dengan membawa sebuah cerita. Cerita tentang Kimcil yang suka membeli ketimun. Walah! Tanpa berbasa basi, marilah kita langsung ke Te-Ka-Pe. Cekidot!

Jreeng!

Pendekar 3 1 3

Wah, kira-kira mau ngapain yah manusia gagah di atas sana itu. Hmm, kaos biru, tas coklat, celana loreng, sendal made in Banyumas (Centra Sendal bandhol Karanglewas, Banyumas), dan kelihatannya, dia lagi bokek….. *wuanjeerrrr


Inilah untuk kali pertama saya menjejakan kaki di tanah Petarukan. Kalau menyebut nama itu, saya jadi ingat si Keparat Daendels. Kampret tuh manusia. Kalau dia ada di depan saya, tak robek-robek bibir dan mukanya!
“Wah, jangan gitu mas! Kok marah ke Daendels, bukankah dia berjasa besar dalam pembuatan jalan raya dari Anyer – Petarukan? Kita lho yang menikmati!”
“Iya, kita menikmati… Tapi tidak enak juga to menikmati sesuatu di atas ribuan darah manusia yang tewas akibat pembuatan jalan itu!”
“Sudah-sudah, itu masa lalu. Tak baik membicarakan masa lalu. Let’s move on!”

“Move on ndhasmu! Ini bukan sekedar sejarah belaka… Sejarah yang hanya dibaca dan keluar dalam ulangan harian ketika sekolah. Ini masalah harkat dan martabat saya sebagai bangsa yang besar. Bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi. Tapi lihat noh, gara-gara dijajah sama orang-orang sana, kita disulap menjadi bangsa yang seolah-olah Pandir. Kita dibikin menjadi bangsa minder. Coba lihat dirimu, sudah berapa kali kau tak berani menyatakan cinta? Ah, minder sekali kau?”
“Kok ke cinta mas?”
“Ya karena memang begitulah adanya. Kalau cinta kagak boleh minder. Kalau minder, berarti ilmu pengetahuan yang diberikan oleh penjajah sudah masuk ke dalam relung hatimu yang dalam.”
“Ah masa sih mas? Aku gak percaya? Sudah-lah jangan dibahas. Postingan intinya kapan mas?”
“Ini mau ditulis! Kamu ajah yang banyak cakap!”
“Ihhhh…. kan mas yang mulai?”
“VERDONSEH!!!”  *sambil makan paku
“Wah, kesurupan Daendels yah mas?”
====================================================================
Kita tinggalkan saja percakapan manusia-manusia di atas dengan penuh tanda titik. 
Ceritanya, pada hari Ahad kemarin, saya beserta keluarga kecil dan keluarga besar jalan-jalan ke Pasar Petarukan. Wah, dimana itu mas?
Bagi yang sering bepergian dari Tegal ke Pekalongan, mungkin kata Petarukan ini sudah tak asing lagi bagi mereka. Yupz, pasar Petarukan yang saya maksudkan disini adalah pasar Petarukan di wilayah Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Ndak sulit kok mencari pasar ini. Dari SMP Negeri 1 Pemalang, sampeyan lurus saja. Pokoknya ke jalan yang menuju Pekalongan. Nanti di sebelah kiri jalan, ada tulisan pasar Petarukan. Nah, disitulah kemarin kami berkunjung.
Wah, ngapain ke pasar Petarukan ini mas? Bukankah yang namanya pasar, apalagi di Indonesia kan biasa-biasa saja. Kotor!
Eits, tunggu dulu. Tidak semua pasar di negara kita kotor dan bau kok? Kalau bertanya kenapa kami kesini, ya karena di pasar Petarukan ini terdapat banyak penjual kain/bahan yang harganya murah dan kualitasnya oke punya.
Yuuk intip pasarnya….
Tuuh kan… banyak kainnya… benar-benar surga wanita… mbuehehe…

Lorong di tengah pasarnya lebar lho…. dan bersih πŸ™‚

Beberapa model kain batik dan kaos etnik yang di jual disana πŸ™‚

Oh ya, pasar ini bisa terbilang sebagai pasar yang bersih lho. Selain itu, ketika Anda baru masuk ke komplek pasar ini, bagi yang menggunakan mobil ndak perlu takut. Jalan kompleks pasar ini terbilang luas Sekitar 1, 5 meteran, bahkan lebih menurut penglihatan saya.

Nah, lorong-lorong di dalam pasarnya juga lebar. Tak seperti pasar-pasar yang biasa saya kunjungi selama ini, pasar dimana kita bisa menyenggol bokong perawan maupun bokong nenek-nenek renta disana. Mbuehehe…
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, pasar ini merupakan salah satu surga belanja bagi mereka-mereka yang suka membeli bahan pakaian. Selain murah, kualitasnya juga oke punya alias bagus mas broh. Kok bisa mas? Wah, saya belum melakukan investigasi lebih lanjut tentang masalah itu. Yang jelas, ada salah satu rekan yang kasih tahu ke saya kalau selama ini toko-toko penjual kain di sekitar Jawa Tengah, banyak yang belanja grosiran disana. Hmmm… Mantap dech pasar Petarukan ini.
Oh ya, bagi kalian yang doyan makan. Ini nih saya kasih rekomendasi warung makan yang berada di pasar tersebut. Warung makan bu Er.
Warung makan dengan ciri khas menu masakan pantura ini berada persis di pertigaan kompleks pasar. Pokoknya kalian parkirkan saja mobil/sepeda motor di pertigaan masuk pertama pasar Petarukan. Langsung dech ketemu warung makan bu Er ini. Menunya yang khas apa mas? Ah, pilih saja sendiri. Kok ndak ada gambar menunya mas? Ah, saya keburu lapar mas broh…. Hahaha.
Oh ya, bagi sampeyan yang muslim, di belakang Pasar Petarukan juga terdapat musholla yang bersih sekaligus rindang, Rindang karena terdapat pohon mangga yang besar. Tapi bagi kalian wahai kaum pria, bagi yang suka pakai celana pendek seperti saya, jangan lupa bawa sarung dari rumah. Karena di musholla ini tidak ada sarung yang dipinjamkan πŸ™‚  Semoga pengurus masjid maupun pasar menyediakan sarung buat warga muslim yang mau sholat disana πŸ™‚
Petualangan berakhir setelah duit-duit dihamburkan di pasar itu. Weekekek… Dan waktunya kami kembali ke Banyumas.
Ah, cuaca yang dingin disertai hujan lebat menemani kepulangan kami. Sekitar pukul setengah lima sore kami tiba di daerah Purbalingga. Berhubung kami muslim, maka kami memutuskan untuk sholat di Purbalingga. 
Jozzz… Begitu kami lihat masjid yang unik, kami segera memutuskan untuk sholat di masjid itu.
“Oom, kok ke klentheng?”
Begitu celetuk  si Nabila Nouriza, salah satu keponakan saya. 
“Ini masjid bil, bukan klentheng!” Sahut saya.
Tuuh kan kayak Klentheng? :)…. Ini penampakan wajah si Uwi, keponakan juga ini….

Diambil dari arah samping luar

Nabila, uwi, dan emaknya… wehehehe…

Wah, kok seperti klentheng mas? Ya karena ini adalah Masjid Muhammad Cheng Hoo. Tahu kan siapa itu Cheng Hoo.

Karena keunikan masjid inilah akhirnya kami memutuskan untuk sholat disana.
Berhubung hujan, akhirnya salah satu makhluk Tuhan yang seksi memutuskan untuk………… MAKAN KULIT JAGUNG!!! HAHAHAHAAA….

KASIHAN YAH ANAK ITU… HMMMMM….. KASIH DUIT DOOONG!!!
Selain penjual jagung rebus dan jagung bakar, di masjid ini juga terdapat penjual kopi dan minuman hangat lainnya. Wah, nikmat sekali mas broh.
Singkat cerita, Isya’ kami baru sampai di rumah. Kok lama sekali mas? Bukankah dari Purbalingga ke Banyumas hanya butuh waktu sedikit? Ya karena ketika Maghrib kami sholat dan makan malam terlebih dahulu di kota lama Banyumas πŸ™‚ Makan malam di lesehan Hani. Berhubung hape sudah lowbat, kagak ada gambar-gambarnya dech di lesehan Hani tersebut πŸ™‚
Nice pleasure….
Bye… bye….  πŸ™‚

24 comments found

  1. Lagi ngapain mas bro…itu yg makan jagung mas bro ya? πŸ™‚

    Wah kapan saya bisa ke pasar petarukan ya, ke pemalang baru sekali itupun cuma transit aja di terminal bus..

    Ok mas bro, saya mohon pamit nich, biasa mau keliling lagi πŸ™‚

  2. Biasa bang… ngabisin duit.. hahha… yang makan jagung sepertinya sih wajah saya… hahahha…. *maaf saya buyarkan wajahnya. Demi kepentingan penyidikan πŸ™‚

    Mampir bang ke pasar petarukannya… penjualnya kece2 lho … hehehe…

    Ya bang… titi dj yah πŸ™‚

  3. Pasarnya serem juga y mas
    Ada patung tanpa kepala
    Udah gitu dijadiin model baju lagi
    Ih serem
    Kok si nabila g bilang "om, kenapa sih ganteng banget om??"

  4. Iya nak…. disana juga banyak manusia bawa kepala… bukan hanya bawa kepala, kaki, tangan, mata, juga dibawa… ihhh…. syereemmm melek dech nak… Jangan keluar rumah yah nak!

    Karena gue udah ganteng nik… kagak perlu bilang kek gitu ke gue nik…

  5. Buset… Mas Darsono ganti template blog. Terus, mukanya makin serem sekrang. πŸ˜€ Maaf, mas. Keceplosan

    Ternyata memang surga banget ya, Pasar Paturukan. Entah kapan saya bisa ke situ. Sumatera aja belum semua saya kelilingi mas. πŸ˜€

  6. Komen diatas aku bikin ngakak, dikatain serem katanya mas huahahahaha *emaap ikut ketawa*

    Jadi mas belanja apa aja? Mana foto belanjaannya? No pic = hoax hahaha. Masa cuma jajan jagung πŸ˜›

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.