WATU GAJAH

Selamat malam wahai penduduk yang sedang kehujanan πŸ™‚

Kali ini, saya akan berjuang dengan penuh cinta untuk mengenalkan suatu tempat yang menurut saya easy going banget (apa pula itu).

Nama tempatnya adalah Watu Gajah. Dalam bahasa Indonesia berarti batu gajah (Watu=batu, Gajah = Gajah).

Pada minggu kemarin saya bersama tim advokasi (halah), saya bersama anggota Dewan Penggalang RAMA SPENDA berkunjung kesana. Tempat yang indah dan tidak terlalu jauh dari pangkalan kami menjadi salah satu alasan kesana. Selain itu, musim hujan memungkinkan adanya penampakan pelangi. Nah, kalau pelangi muncul biasanya banyak paman-paman pada mandi di sendang bukit sana. Wkwkwkwk…

Oh ya, obyek Watu Gajah berada di perbukitan antara Kalisadang-Gerduren-Tunjung. Sebuah perbukitan yang berada di wilayah 3 Desa (Gentawangi, Tunjung dan Gerduren). Tiga wilayah tersebut berada di Kecamatan Jatilawang dan Purwojati Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Secara, Watu Gajah ini belum dimasukan sebagai kawasan wisata resmi di Banyumas. Watu Gajah ini hanya diketahui oleh warga sekitar saja. Dan masih sepi pengunjung. Paling para pencari rumput dan petani sekitar yang biasa beristirahat disekitar watu itu. Siapa tahu, dengan muncul di blog ini, Watu Gajah bakalan jadi objek wisata resmi di kabupaten Banyumas ini. Mbuehehe…

Bukan tanpa alasan, kan sudah ada objek wisata berupa batu yang sudah terkenal sebelum Watu Gajah ini. Namanya Watu Meja. Silahkan kalian searching di google saja yah mengenai wisata Watu Meja ini πŸ™‚

Dinamakan watu gajah karena watunya emang segede celeng, eh gajah lah tentunya πŸ™‚

Berikut perjalanan ke watu gajah.

Dari SMP Negeri 2 Jatilawang kami berjalan ke arah utara (Kalisadang dan Tunjung melewati jalan setapak dan arel persawahan).

Untuk menyingkat waktu, kami melewati pekuburan china (Bong China).

Berikut beberapa jepretan saya ketika melewati bong China.

Setelah melewati bong china, trek berikutnya adalah jalan setapak yang menanjak tentunya. Ya namanya juga naik-naik ke puncak bukit πŸ™‚

Baru berjalan sekitar setengah jam, tak terasa keringat dan air liur lelaki ini keluar juga. Ah, kasihan banget ini anak. Mari kita lihat penampakannya dari belakang. Untuk kepentingan investigasi, photo sengaja dibuat miring. Wkwkwkwk.
Ini photo Gueeeee!!!!!

Wah, ternyata lelaki itu adalah saya saudara-saudara. Hmmm… Maklumlah, selain sudah tampan, pendakian ini adalah pendakian yang terasa lama bagi saya. Padahal tingginya cuma seiprit saja alias gak tinggi-tinggi amat.

Mungkin karena saya sudah lama tak mendaki bukit kali yak. Terakhir melakukan pendakian, pada Desember 2006. Itu adalah pendakian terakhir saya. Waktu itu saya dan beberapa teman saya naik ke Gunung Slamet. Ahhh… Rindu kalian wahai temans….
Baiklah, kita lanjutkan lagi…………
Ternyata, yang mengalami kelelahan bukan hanya saya saja. Beberapa riders juga kecapekan… Wkwkwkk…
Jadilah kami beristirahat sembari menikmati keindahan alam Jatilawang dari bukit Kalisadang. Photo-photo euyyy……
Menara masjid Baabul Qudus Alun-alun Jatilawang dilihat dari bukit Kalisadang

Setelah kurang lebih 15 menit beristirahat, sampailah kami di Watu Gajah. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara? Ternyata batunya tertutup rerimbunan semak belukar… Ah, sayang sekali. Mungkin karena musim hujan sehingga banyak tumbuhan perdu di Watu Gajah.

Watu Gajah tampak dari sebelah selatan… Itu lho yang tertutup semacam tumbuhan perdu πŸ™‚ seperti gundukan tanah yang tinggi πŸ™‚

Kecewa? Tidak juga sich…. Bagaimanapun juga perjalanan ke watu gajah ini sangat menyenangkan. Disamping cuaca sejuk, pemandangannya juga oke punya. Dari pada mandangin wajah elu! *huek!!!

Setelah tiba disana, kebetulan sekali ada tempat peristirahatan. Sebuah gubuk baru rupanya. Kembali kami menghabiskan waktu disana sembari mendengarkan lantunan lagu-lagu alam…. Suara burung kencing oy! Mbuehehe…

Sedang asyik-asyiknya menikmati suasana alam di watu gajah, tiba-tiba saja terdengar suara geledek menggelegar, Gerimispun turun perlahan. Lupakan sejenak cerita tentang biadadari dan pelangi, lha wong ini banyak anak orang yang kami bawa kesana, akhirnya demi keselamatan kami memutuskan untuk turun ke bawah. Kembali lagi ke pangkalan SMP Negeri 2 Jatilawang.
Eh, ada kisah lucu lho dibalik perjalanan kami kesana. Ceritanya, geng rempong (anak-anak penegak dari SMA Jatilawang yang merupakan alumni SMP Negeri 2 Jatilawang) hendak menyusul kami ke watu gajah. Tapi mereka TERSESAT saudara-saudara! Hahahaa….
Untung saja mereka tidak tersesat dihatiku! Eh tersesat di hutan… Masih di perkampungan tersesatnya So akhirnya kami bertemu mereka ketika kami sudah berada di lingkungan perkampungan ketika pulang.
Seperti biasa, namanya juga geng rempong, walaupun mereka terlihat capek, masih sempat–sempatnya photo-photo dikala hujan tiba dan bermain bola di lapangan sekolah….Hadeuhhh…
Beginilah penampakan mereka.

Sampai jumpa di petualangan berikutnya πŸ™‚

3 comments found

  1. Ketutupan dedaunan. Wqwqwq. Kocak amat. Emang itu semacam apa, sih? *googling juga deh nih karena telanjur penasaran*

    Ya ampun, bocah-bocah SMP-nya narsis betul, yak~ Tapi nggak apa-apa. Setidaknya mereka tetap bergembira walaupun gagal melihat Watu Gajah. πŸ˜€

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.