JADI KULI PASIR SAMPAI KERJA KANTORAN

Hei gaes, apa kabar kalian hari ini? Jangan selingkuh dulu yah! (Prolog apa-apaan ini).

Pada obrolan ngalor ngidul kali ini, saya akan berbagi pengalaman dengan kisanak dan nyisanak semua. 

Pengalaman jihad di Syria? Atau pengalaman nglonthe di Gang Sadar? 

Bukaaaan!!!! Bukan itu!!!

Pengalaman yang saya maksudkan disini adalah pengalaman pribadiku yang semoga bisa menambah gairah kehidupan aku dan kamu… Iyaaaa… kamuuu!  #terdodit-dodit.

Jujur saja, blog ini memang sangat urakan dan sedikit sadis. Tapi berhubung saya kece, maka akan saya bagikan tuturan-tuturan bengis yang justru menjadikan hidup saya menjadi manis. Tentu saja menurut versi kamus Bahasa Indonesia yang sudah sesuai EYD. Mbuehehe…

Yupz, bagi saya blog bukan hanya sebagai ajang menampang wajah semata (hikz), tapi juga sebagai ajang untuk berbagi pengalaman dan inspirasi. Dan semoga pengalaman yang akan saya bagikan ini berguna bagi mantan, nusa, dan bangsa…. Amiin…..

Mungkin kalian pernah dengar kata jablay, eh…. malah ngomongin jablay…. Mungkin kalian pernah mendengar atau bahkan pernah membaca sesuatu yang bernama POSITIF THINKING. Kalau dalam bahasa agama saya biasa disebut dengan khusnudzon. Kurang lebih artinya adalah berbaik sangka/berpikiran positif.

Nah, saya punya pengalaman tentang positif thinking ini. Sebelumnya, tanpa keraguan dan tanpa kemaluan… eh tanpa malu, saya sampaikan ke sampeyan-sampeyan pada bahwasanya saya bukanlah lelaki yang dilahirkan dalam lingkungan yang bertabur uang alias sugih binti kaya raya.

Memang sih, salah satu leluhur saya adalah orang terkaya di zamannya dan di kampungnya. Buyut saya dari pihak almarhum ayah adalah salah satu pedagang kaya. Terbukti dengan banyaknya tanah yang dimiliki oleh buyut saya. Bahkan sampai sekarang, tanah-tanah yang luas itu sebagian besar juga masih dinikmati oleh anak keturunannya. Namun saking banyaknya anak keturunan dan tentu saja kebutuhan, maka warisan kekayaan buyut saya itu tidaklah sebesar pada zaman kejayaan Beliau dulu. Banyak yang dijual dan ditumbuhi bangunan (halah) untuk tempat tinggal.

Dari jalur ibu saya, almarhumah nenek dan almarhum kakek saya alhamdulillah adalah menungsa yang mendapat aliran rezeki yang melimpah. Menurut cerita nenek dan kakek saya, di zaman penjajahan dulu, apalagi ketika penjajahan Jepang, banyak warga kampung saya yang makan minum dan berpakaian seadanya.

Jarang yang mampu membeli nasi, apalagi lauk pauk.

Bahkan banyak dari tetangga kakek dan nenek saya yang memakai karung untuk sekedar menutup aurat mereka. 

Lalu bagaimana dengan keadaan keluarga saya waktu itu? Alhamdulillah kakek dan nenek saya makan nasi dan lauk setiap harinya. Walaupun hanya sekedarnya saja. Dan pakaian Beliau berdua adalah pakaian yang terbuat dari kain, bukan karung. Alhamdulillah. Bahkan kakek dan nenek saya bisa mengecap bangku sekolah di zamannya. Kakek saya bahkan ditawari untuk menjadi guru di zaman Belanda dulu karena sering mendapatkan prestasi waktu sekolah dulu… Tapi beliau tidak berkenan πŸ™‚ 

Walaupun begitu, keluarga saya bukanlah termasuk kategori keluarga yang kaya raya, ya cukupan- lah gitu. Hehehe…

Lalu bagaimana dengan kehidupan saya dan orang tua saya? Ibu adalah pedagang yang ulet, tentu saja di zamannya (sekarang sudah tidak berjualan lagi). Faktor keturunan kali yak? Soalnya almarhumah nenek dan kakek saya (ibu dan ayah dari ibu saya) adalah juga pedagang dan tipe pekerja keras. 

Sedangkan ayah saya bekerja pada salah satu perusahaan oto bus antar kota dalam provinsi (Terakhir, sebelum Beliau berpulang ke haribaan illahi robbi, bekerja pada PO antar kota dalam provinsi, Purwokerto-Jogjakarta). Beliau adalah awak bus yang jujur.

Secara ekonomi, tentu saja keluarga kami bukanlah golongan borjuis yang necis. Sekadar melanjutkan sekolah saja, keluarga saya harus menjual kambing. Hahahaha…. Serius ini. Itu terjadi ketika saya masuk SMA. Sedangkan ketika saya masuk ke SMP, nenek saya menjual ayam untuk biaya masuk ke SMP nya. Hehehehe…. So, sudah ketahuan kan bagaimana keadaan ekonomi keluarga saya waktu itu. Namun alhamdulillah, ada saja rezeki yang mengalir dari Yang Maha Kuasa ke keluarga kami.

Setamat SMA saya tidak diterima di PTN manapun. Waktu itu ayah saya menyuruh saya untuk kuliah keguruan di salah satu Universitas swasta di Purwokerto, namun saya menolak! Bagaimana tidak menolak, lha wong guru saya saja banyak yang menyarankan saya untuk tidak bekerja menjadi guru. Waktu itu, gaji guru sangat miris…

 Jadi wajarlah jika guru saya justru menyuruh agar saya tidak bekerja menjadi guru. Kalau bisa menjadi karyawan perusahaan besar saja. Biar mapan katanya. Kalau tidak ya jadilah pengusaha. Karena salah satu takdir pengusaha adalah KAYA RAYA.

Oleh karena itulah, sewaktu saya mengikuti UMPTN dulu, saya mengambil jurusan Ekonomi dan Komunikasi. Kenapa saya memilih jurusan itu? Karena cita-cita saya waktu itu hanya dua, kalau tidak menjadi manajer ya jadi wartawan. Heuheuheu….

Alhasil kedua pilihan itu tak ada yang lolos sensor πŸ™‚

Makanya almarhum ayah menyuruh saya untuk kuliah keguruan πŸ™‚

Tekad sudah bulat, saya tidak mau menjadi guru.
 TITIK!

Akhirnya saya berniat untuk mengikuti seleksi UMPTN di tahun depannya lagi. Sembari menunggu tahun depan, saya mengambil kursus setara Diploma satu di salah satu sentra pendidikan bisnis di Purwokerto. 

Setelah menyelesaikan kursus saya tersebut, ternyata cita-cita saya berubah lagi. Tidak ingin menjadi manajer ataupun wartawan, tapi menjadi entrepreneur! 

Bukan tanpa sebab, sebabnya ya karena kursus yang setahun itu. Gemana tidak bercita-cita menjadi entrepreneur, lha wong setiap masuk kelas, instrukturnya selalu bilang seperti ini,
” Jika Anda sudah masuk di kelas ini, maka Anda bukanlah mahasiswa maupun karyawan. Anda adalah para pengusaha yang sedang menjalankan bisnis besar. Camkan itu!” #jlebz….

Gayungpun bersambut…. Setelah saya menyelesaikan program diploma satu tersebut, ada salah satu instruktur saya yang mengajak saya untuk mendirikan CV. Tanpa babi-bu apalagi gajah-bu, saya langsung join dengan instruktur saya tersebut. Saya hutang gaes ke bank… HUTANG!!!

Akhirnya perusahaan saya itu BANGKRUT hanya dalam waktu hitungan bulan. 

Marah, stress, bingung dan perasaan negatif lainnya bercampur padu menggempur jiwa saya saat itu…
Apalagi ketika itu wanita yang saya cintai jadian sama lelaki lain….
#Kamfret banget hidup gue!

Setelah kebangkrutan itu, saya bekerja apa saja. Sesungguhnya ayah saya menyuruh saya untuk kuliah. Tapi saya tidak mau menyusahkan lagi untuk kesekian kalinya. Tanggungan di bank saja akhirnya ayah dan ibu saya yang ikut melunasi πŸ™

Saya bekerja apa saja, mulai dari kuli batu bata, kuli pasir,jualan jamu pace, hingga jualan produk kecantikan.

Semuanya mengesankan, tapi yang paling mengesankan adalah ketika jualan jamu pace/mengkudu dan jualan produk kecantikan. Jalan kaki men!

Pernah saya keliling dalam kota Purwokerto. Sehari penuh gaes…. dan hasilnya NOL! Hahahaha….
#hasyuuu….

Selain tak berpengalaman, waktu itu memang saya tak cukup lihai menjual kata-kata persuasif. Ah… sudahlah…

Hingga suatu saat, ketika saya bersama sepupu saya sedang bekerja menjadi kuli pasir, tiba-tiba saja saya berkata kepada sepupu saya, ” Tol, suatu hari nanti, saya pasti akan kerja kantoran!”

Lantas apa kata sepupu saya….” Sakarepmu! Wong edan!…” 

Hahahaaa…. lantas kamipun tertawa bersama…

Kalian tahu gaes kenapa saya berani berkata seperti itu?
Yupz, karena saya yakin seyakin yakinnya bahwasanya Tuhan adalah Maha Adil. Tidak mungkin Dia mengingkari janji-Nya. Janji bahwasanya Ia akan meninggikan beberapa derajat bagi hamba-Nya yang berilmu dan beriman.

Bukannya saya sombong, tapi bagaimana mungkin orang berpendidikan seperti saya (walaupun cuman kursus setara D1) akan dikasih pekerjaan yang menyusahkan. Bukannya saya menghina teman-teman yang berprofesi sebagai kuli, saya hanya berpikiran positif, khusnudzon sama janji ALLAH SWT…. Apalagi waktu itu saya kondisi tubuh saya sering sakit-sakitan. So, mana mungkin Tuhan akan merepotkan saya? Ndak bingit lah…. Begitu gumam saya dalam hati.

Beberapa tahun setelah itu, akhirnya saya bekerja disini. Bekerja dalam ruangan ber AC. Dan sepupu saya yang waktu itu nguli pasir sama saya, sekarang bekerja sama dengan saya dalam bisnis jual beli sepeda motor dan pakaian distro saya πŸ™‚

Pikiran-pikiran positif selalu saya bangun ketika saya masih dalam fase hidup “susah” ketika itu. Saya yakin bahwa Tuhan akan memberikan “penghargaan” pada hamba-Nya yang mau berikhtiar.



Jujur, ada sebab lain lagi yang menjadikan saya bekerja disini sekarang…. Suatu saat jika ada kesempatan, akan saya ceritakan πŸ™‚

Intinya POSITIF THINKING terus gaes.  Jangan lupa untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan dan berikhtiar terus tanpa kenal lelah tentunya.

Semoga bermanfaat………







16 comments found

  1. Wah… baru beberapa minggu gak muncul, blognya ganti template lagi. πŸ˜€

    Sejujurnya, kisahmu mengispirasi sekali mas. AKu yang masih belajar berwirausaha ini ngerasa mendapat semangat baru untuk terus bangkit.

    Doakan usahaku sukses ya mas. Sukses juga buat usaha masnya. Amin..

  2. Bener banget tuh kang hidup itu harus positif thinking. Okelah di tunggu cerita selanjutnya tentang apa sebab akang bekerja disitu πŸ™‚

  3. WKwkwkw yang dialog 'Tol, suatu hari nanti saya akan kerja kantoran" beserta jawaban sepupumu, entah kenapa bikin aku ngakak banget wkwkkw πŸ˜€

    Iya bener sih πŸ˜€ segala apapun yang kita dapatkan, lebih baik kita positif thinking :') karena kita sama-sama tau kan, kalau rencana Tuhan pasti lebih indah πŸ™‚

  4. Yang terpenting dalam hidup ini adalah selalu berusaha dan berdoa. Dalam mencari rezeki pun kita tidak boleh gengsi apapun profesinya yang terpenting adalah halal ya toh mas Darsono? πŸ™‚

  5. yupz…
    tak ada gengsi2 an mas broh…
    biarpun berdasi, mobilnya menuh2in garasi, isteri2nya banyak berjejer rapi, tapi kalau HASIL KORUPSI??? ah… memalukan!!!

    Yang penting halal dan tdk merugikan orang lain… hehehee….

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.