HARUSKAH “SEGALAK” ITU DI DALAM MASJID?

Met siang prends….
Bagaimana kabar kalian di hari ini? Semoga lagi santai ditemani ribuan duit di tangan kalian. Kalau bukan duit, ya kesehatan. Duit mana lagi yang akan kau dustakan? #Njirrrr….

Jujur, saya malas buat nulis ini. Tapi tak pikir-pikir harus ditulis. Daripada nyesek sum!
Begini story-nya…
Kemarin siang saya nyroto (makan soto) di salah satu bakul sroto yang sangat terkenal di sekitar pasar kecamatan Jatilawang, Banyumas. Selesai makan, saya bergegas ke masjid untuk menunaikan sholat Dhuhur.
Ramai, begitu kesan saya. Mungkin disamping hari Minggu, suasana liburan Idul Adha juga mempengaruhi keramaian yang tidak seperti biasa itu.
Itulah yang terjadi pada siang kemarin.
Selesai Dhuhur, saya langsung keluar masjid. Kebetulan saya ada janji dengan salah satu tim marketing mesin pom mini yang kami jual untuk meluncur ke Banjarnegara menemui salah satu pengusaha yang akan membeli mesin pom mini kami.
Belum sampai diluar masjid, saya melihat ada sekerumunan jamaah di teras tenggara masjid tersebut. Lagi ngapain? entahlah…
Tadinya saya sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Tapi ketika ada salah satu jamaah (kebetulan wajahnya ke arab-araban) berbicara dengan nada tinggi sembari nunjuk-nunjukin tangannya ke salah satu jamaah bersarung, saya jadi penasaran. 
Kenapa? Karena saya lihat jamaah yang bersarung dan berpeci tersebut tampak pucat.
Syahdan, duduklah saya sembari mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi.
Usut punya usut, si lelaki yang wajahnya kearab-araban itu sedang menasihati orang yang bersarung tersebut. Konon katanya, ketika jamaah yang kearab-araban itu sedang sholat, orang bersarung tersebut melintas didepannya.
Selesai sholat, orang bersarung itu langsung dinasihati, “Jangan melintas di depan orang yang sedang sholat!”
Yang saya sayangkan, kenapa ketika menasihati ia harus menggunakan nada tinggi. Bahkan kesan marah terlihat dari orang itu.
Dan lelaki bersarung tampak seperti orang yang sedang dihakimi.
Kontan, nada keras tersebut mengundang banyak jamaah lain untuk mendatangi mereka (lelaki yang menasihati dan lelaki yang dinasihati itu).
Bagaimana tidak mendatangi, nada keras dan wajah lemas dari dua orang itu sungguh menarik perhatian.
Akhirnya, bebeberapa jamaah ikut “melerai” peristiwa itu. Yupz, kondisi sedikit gaduh soalnya.
Saya lihat ada seorang anak muda yang dengan tenangnya ikut menengahi mereka. Memang ada beberapa jamaah yang usianya lebih tua. Tapi beliau-beliau malah ikut “didakwahi” dengan gaya yang menurut saya kurang pas untuk ukuran orang Jawa seperti kami. Tadinya saya ikut gregatan untuk “nyemplung”, tapi anak muda dan salah satu jamaah yang menurut saya sangat humble, mampu mengatasi keadaan.
Saya bukanlah anak pesantren apalagi anak IAIN…. Namun sepengetahuan saya, di zaman Nabi dahulu ada peristiwa yang juga tak kalah menggemparkan dibanding peristiwa di masjid kemarin itu.
Seorang Arab Baduy buang air di masjid!
Padahal beberapa sahabat dan manusia mulia, Nabiyullah Muhammad SAW berada di masjid itu. Namun, apakah Baginda Rasul marah?
Sudahlah… Kalian bisa cari sendiri kisahnya.
Kadang saya merasa heran dengan saudara-saudara seiman saya. Jika sudah mengaku bahwa Rasulullah adalah suri tauladan, mengapa hal-hal “sepele” seperti itu sering terjadi?
Bukan hanya kemarin. Dulu, saya juga melihat langsung ketika pak Lik saya kurang satu rokaat, langsung ditegur dengan cara yang tidak mengenakan.
Alhasil, Beliau malah jadi jarang ke musholla.
Ada juga karena telat berjamaah untuk sholat, kebetulan ia biasa menjadi imam, ketika melihat imamnya adalah orang yang kurang sreg dengan dia, orang yang biasa jadi imam tersebut malah pulang. Bukan hanya itu, isterinya yang sedang sholatpun tak luput dari “gandengannya”… Pulang!
Argh…
 
Sedih saya…
Semoga kedepannya, anak-anak muda sekarang, anak-anak muda yang notabene menjadi generasi penerus bangsa, benar-benar belajar tentang akhlak Nabi yang mulia…. Bukan sekedar belajar ZAKAT, PUASA, HAJI, SHOLAT DAN HAFALAN  saja….
Beginilah akibatnya.
Siapa yang salah? 
Yang nulis postingan ini…  Wkwkwkwkwk….
Salam damai.

6 comments found

  1. saling mengingatkan itu tidak salah, hanya saja ada etika atau caranya agar tidak membuat orang yang diingatkan tidak merasa tersinggung atau dipermalukan

  2. Yang sering terjadi dan saya temui, ketika orang yang dinasehati dengan nada tinggi itu sakit hati, terus nggak mau ke masjid lagi. Nah, siapa yang bertanggung jawab, padahal kan laki-laki wajib shalat berjamaah di masjid kan ya..?

    Mas Darsono tuh tanggung jawab, mengapa nggak melerai tapi malah nguping? 🙂

  3. Iya atitnya tuh disini 🙂

    Tadinya mau ngelerai… Tapi ada lelaki paruh baya dan anak muda yang super humble.
    Selesai sama mereka..

    #aku pengene ngampleng mbak ming sing ngomeih….

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.