INI DIA, ALASAN KENAPA BERSEKOLAH SAMPAI SORE TIDAK SESUAI UNTUK ANAK-ANAK DESA

INI DIA, ALASAN KENAPA BERSEKOLAH SAMPAI SORE TIDAK SESUAI UNTUK ANAK-ANAK DESA- Assalaamu ‘alaikum para warga yang bercelana kolor dan bercelana luar. Apa kabar kalian di siang yang terik ini? Semoga kedamaian senantiasa bersama jiwa-jiwa kalian yang tenang wahai manusia yang beriman. Oh ya, jangan lupa untuk bahagia. Karena kebahagiaan adalah milik kalian, jangan sampai kebahagiaan itu terengut begitu saja dari diri kalian wahai rohayata dan rohayati. Keep happy and blogging of course πŸ™‚


Pada lanturan ngalor ngidul kali ini, saya yang notabene wong ndesa yang sedang berupaya untuk mendapatkan rezeki kota berniat untuk memuncratkan isi otak saya yang semenjak membaca postingan salah satu teman facebook saya, akhirnya saya ndak kekeh untuk menahan unek-unek ini.
Yupz, unek-unek ini berawal dari rumor yang katanya merupakan salah satu kebijakan yang akan diterapkan di lingkungan pendidikan di negeri tercinta ini. Namanya juga rumor, jadi jika ada kesamaan tokoh maupun tempat dan peristiwa itu semua tanpa kesengajaan dari saya πŸ™‚
Rumor (bisa juga kita sebut gosip-lah biar ramai) ini mulai berkembang di lingkungan pendidikan semenjak ada pergantian menteri yang baru. 
Seperti biasalah, ganti menteri, ganti kebijakan. Begitu slogan yang biasa terdengar dimana-mana, termasuk di alam maya πŸ™‚
Secara de facto menurut saya sih memang seperti itu. Lihat saja tuh yang namanya kurikulum. Sudah berganti berapa kali dia-nya? πŸ™‚ *Kalau kamu sudah berganti pacar berapa mblo? Jomblooo!!!!
Kalau kita mau melihat lebih dalam lagi, kenapa kurikulum itu berganti-ganti? Kenapa, ada apa, siapa penggagasnya, kebijakan atau sekedar obralan mahalan? Silahkan dinilai sendiri. Kebetulan pulpen saya lagi ilang, jadi ndak bisa kasih nilai mengenai masalah ini πŸ™‚
INI DIA, ALASAN KENAPA BERSEKOLAH SAMPAI SORE TIDAK SESUAI UNTUK ANAK-ANAK DESA
Kembali ke gosip atau rumor yang sedang berkembang saat ini. Konon, akan diterapkan sekolah sampai sore. Artinya apa? Artinya anak-anak peserta didik, termasuk guru dan semua tenaga kependidikan lainnya tentunya, akan juga bekerja sampai sore hari.
Ada hal yang menarik, kenapa anak-anak dipulangkan sampai sore? Katanya toh kalau di rumah pun tak ada orang tua. Orang tuanya sibuk betulin genteng coy! Halah… Sibuk cari harta tentunya. Akhirnya, pilihan sekolah sampai sore adalah hal yang bagus adanya. Katanya……..
Mari kita oprek masalah ini. 
Menurut pengamatan dan pengalaman saya, sekolah sampai sore mungkin cocok jika diterapkan untuk anak-anak kota. Kenapa? Alasannya ya itu tadi sudah disebutkan. Selain orang tua mereka bekerja sampai sore bahkan larut (mungkin juga kakek/nenek mereka ikut bekerja sampai sore/larut), kondisi lingkungan perkotaan yang penuh dengan “intrik” sepertinya adalah alasan yang tepat.
Intrik yang saya maksudkan disini adalah begitu kompleksnya permasalahan yang ada di kota. Permasalahan multi kompleks ini belum tentu bahkan mungkin tidak ditemukan di desa-desa.
Ia bisa berwujud apa saja, baik itu negatif maupun positif yang bisa mengakibatkan sesuatu pada diri si anak.
Dan alasan yang paling tepat untuk menghindari intrik negatif yang ada di kota itu adalah menyekolahkan anak sampai sore. 
Saya pikir ini efektif. Terbukti, ada beberapa anak teman saya yang senang jika dia bersekolah sampai sore. Katanya asyik. Pulang dan berangkatnya diantar oleh bunda dan ayahnya πŸ™‚
Secara psikis, jika dibandingkan bersama orang lain, yang namanya anak pasti lebih merasa nyaman jika bersama orang tuanya. Berangkat bersama orang tua. Pulang-nya-pun bersama orang tua. Bahkan ada yang sengaja pulangnya sembari mengajak anak-anaknya makan malam. Indah sekali bukan? Together is better πŸ™‚


INI DIA, ALASAN KENAPA BERSEKOLAH SAMPAI SORE TIDAK SESUAI UNTUK ANAK-ANAK DESA
Lalu bagaimana jika anak-anak kampung (seperti saya tentunya) juga sekolah sampai sore? Hmmm… Sepertinya kurang cocok ini.
Kenapa? Karena tak ada yang mencuri kacang tanah sembari mandi di kali Tajum itu lagi. Hahahaa… *Pengalaman πŸ™‚
Berbeda dengan manusia-manusia kota, di desa yang kebanyakan adalah buruh, petani, bahkan pengangguran (terbuka/tertutup) kayaknya kalau anak-anak mereka disuruh sekolah sampai sore, selain pengeluaran mereka bertambah (membeli makan siang/jajan untuk anaknya) keadaan rumah dan lingkungan bakalan sepi. Mbuehehe.
Tak ada lagi anak-anak yang sekedar bermain kelereng atau layangan. Tak ada lagi anak-anak yang bermain petak umpet atau mungkin congklak di emperan rumah. Tak ada lagi suara-suara berisik dan tangisan karena bertengkar rebutan apem misalnya. Pokoknya sepi! 
Disamping itu, lingkungan sosial kampung tidaklah serumit sebagaimana lingkungan sosial di kota. Memang secara sosial banyak yang berubah akhir-akhir ini. Tapi secara keseluruhan, lingkungan sosial kampung masih sangat bersahaja dengan anak-anak. Tak terlalu banyak intrik coy!
Keramahaan dan kepedulian adalah nilai-nilai yang masih terjaga. Setidaknya, jika di kota mungkin tak ada siapa-siapa dirumah, kalau di desa masih ada nenek dan kakek yang sangat setia untuk bermain dengan cucu-cucunya πŸ™‚
Jika tak ada nenek/kakek, masih ada saudara yang dengan bahagia berkenan merawat anak-anak itu. Terpaksa sekali tak ada siapa-siapa, maka masih ada tetangga yang dengan senang hati ikut menjaga anak-anak kita. Itulah kampung πŸ™‚
INI DIA, ALASAN KENAPA BERSEKOLAH SAMPAI SORE TIDAK SESUAI UNTUK ANAK-ANAK DESA
Tapi mas, bukankah saat ini nilai-nilai kampung yang mulia itu juga sudah mulai tergerus zaman? Memang saya akui dan saya rasakan. Tapi belum mengarah ke perubahan yang signifikan sebagaimana di kota. Oleh karena itulah diperlukan manusia-manusia seperti kamu, iyaaa.. kamuuu…. Untuk berpatisipasi menjaga nilai-nilai lokal yang adiluhung itu.
Mau jadi katalisator kan? Mauuu!!!  Bagus πŸ™‚
Saya pikir ngelantur ini sudah berlebihan. Jujur, inti dari tulisan ini adalah pada akhir paragraf ini. Masa kecil adalah masa bermain. Saya pikir orang-orang yang pernah mengenyam pendidikan yang tinggi itu sudah paham betul akan hal ini. 
Banyak sekali manfaat dari sesuatu yang bernama permainan itu. Bukan hanya mengasah kecerdasan motorik saja, bahkan dengan permainan inilah anak-anak akan mendapatkan berbagai kecerdasan yang diperlukan ketika ia besar nanti.
Bukankah di sekolah juga bisa bermain mas? Betul. Di sekolah setiap anak bisa bermain. Tapi tidak setiap permainan bisa dimainkan di sekolah. Dan permainan terbaik adalah permainan yang sesuai dengan keinginan si anak. Tanpa embel-embel apapun dan tanpa “larangan” apapun πŸ™‚ 
Bagaimana menurut Anda?
“Jangan biarkan anak-anak kehilangan masa bermain mereka. Jika masa bermain mereka hilang ketika anak-anak, maka mereka akan bermain-main ketika usianya tua nanti. Termasuk dalam bentuk permainan ini adalah korupsi.”  *sok banget yak saya?

Kalau tidak salah, kata-kata itu terucap dari seorang budayawan termasyhur di negeri ini. Iya kan c*k? Hehehe…

Salam blogger!!!
Wassalam πŸ™‚

13 comments found

  1. HHaa ada bener nya juga sih kang dari penggalan kalimat terahir nya jangan biarkan anak-anak kehilangan bermainnya maka apabila kkehilangan bermain waktu kecil mereka akan terus bermain walau sudah besar, seperti mainin duit negara mainin perempuan atau mainin apalah terserah mas darsono πŸ˜€ hhaaa

  2. Iya betul mas c*k.. Kalah menurutku sendiri aku sih yes sama sekolah sampe sore, tapi jangan diwajibkan bagi seluruh rakyat indonesia dari sabang sampai merauke berjajar pulau pulau.. Fullday school itu mihil, lha kalau sekolah nyang bertembok gedeg dan beratapkan jerami dibikin fullday school kegiatannya apaan? Mending perbaiki dulu deh fasilitas2 sekolah, terutama di daerah yang terpencil

  3. Yeahhh….. asyik…. aku lala banget padamu πŸ™‚
    Bagaimanapun juga, kalau kebijalan pullde sekul ini benar2 akan dilaksanakan, selain perbaikan sarpras sekolah, pemerintah juga hrs mempertimbangkan paktor sosial lainnya, contohnya transportasi…. Di kampung saya, boro2 jam 4 atau jam 5 sore…. jam 3 saja sudah banyak angkutan transportasi yg pada pulang kandang.
    Jika anak2 sekolah dijadikan andalan buat konsumen, kayaknya ya ndak banget… bisa2 tombok tuh bensinnya πŸ™‚

    Ini juga kudu dipertimbangkan, rata2 anak kampung kan ortunya bekerja sbg buruh dan tani, otomatis penghasilannya juga ndak begitu banyak seperti para koruptor di negara bedebah sana πŸ™‚ Karsiman, eh kasihan kan mereka. Soalnya kudu kasih uang buat makan siang, makan sore, dan makan sela utk anak2 mereka.. heu heu heu…

    Terus ini lagi…. kalau di kampung kan setiap sore anak2 pada ngaji di TPA/TPQ… Ini serius ini!!! Kalau pulangnya udah sore bingit, mau bagaimana nasib TPA/TPQ… ini panjang urusannya.. bisa 2 postingan πŸ™‚

    Pokoknnya… nganu banget dech πŸ™‚

    makasih yah udah berkunjung πŸ™‚

  4. bukan hanya dari sisi muridnya, gurunya juga. Gaji sedikit, harus ngopeni anakanya orang lain yang kepribadiane macam-macam dari pagi sampai sore. Kapan ngoponi anak-bojo? πŸ˜€

  5. kalau guru yg di kampung sih, secara ekonomi sudah mapan bro… gemana ndak mapan, gaji guru golongan terendah saja sudah diatas dua jutaan.. plus sertifikasi… ya minim sekali 4 jutaan πŸ™‚
    kalau yg wiyata bhakti itu yg memang "mengenaskan"… gaji sebulan paling 250 ribu… bahkan ada yg cuman 150 rb πŸ™

  6. iyasih ane juga ga setuju sekolah ampe sore gitu.
    kalo alasanya karna takut anak-anak ga ada kerjaan ketika sampe rumah dan orang taunya sibuk kerja, kenapa ga dimasukin pesantren aja sih …

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.